Senin, Juni 21, 2010

Pengaruh Rendahnya Minat Baca Dengan Kebiasaan Membaca

Oleh: Hanna

Coba anda perhatikan sejenak, seberapa banyakkah waktu yang anda habiskan untuk membaca per harinya? Mungkin tidak sampai 3 jam sehari. Hal ini menunjukkan realitas akan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Memang membaca buku secara rutin perlu dibiasakan sejak dini, agar kelak dapat terbiasa untuk membaca.
Dalam menindaklanjuti rendahnya minat baca pada masyarakat Indonesia, pemerintah pernah mengajukan Deklarasi Pencanangan Gerakan Membaca Nasional yang ditandangani oleh mantan Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fadjar dan mantan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno serta Kepala Perpustakaan Nasional Dady P. Rachmananta.
Mengutip hasil survei sebuah koran nasional, bahwa ternyata minat baca pada orang Indonesia amat rendah dibandingkan dengan negara- negara Asia lainnya, karena umumnya masyarakat lebih suka mengonsumsi televisi dan radio, selain lebih cepat, informasi yang juga lebih menarik karena menyajikan informasi secara audio visual pula. Sedangkan India, yang selama ini kita kenal sebagai salah satu negara miskin di dunia, menduduki peringkat satu sebagai negara yang memiliki minat baca yang tinggi.
Hasil jajak pendapat Kompas, menyatakan bahwa 70% responden mempunyai kebiasaan membaca buku minimal seminggu sekali. Jenis buku yang paling diminati oleh mereka adalah buku- buku fiksi, seperti novel dan buku sastra lainnya, dan pada urutan kedua adalah buku agama dan iptek, sedangkan pada urutan ketiga adalah komik. Namun, sebagian besar responden mengaku, tidak pernah berkunjung ke pameran buku atau menjadi anggota perpustakaan.
Mari kita lihat sejenak pada keadaan di luar negeri, yang murid SMU nya diwajibkan untuk membaca dan kemudian mendiskusikan sekitar 5- 32 judul buku per tahun. Seperti di Malaysia, mereka diharuskan untuk membaca dan mendiskusikan kurang lebih 20 buku dan di Singapura sekitar 25 buku. Sementara itu menurut Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000, di Jepang diberlakukan gerakan 20 Minutes Reading of Mother and Child untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini Program ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum si anak beranjak tidur..
Menurut Ir Abdul Rahman Saleh (Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia), waktu membaca para mahasiswa Indonesia kurang dari satu jam, bandingkan dengan jumlah waktu menonton televisi yang lebih banyak 2 jam. Di Indonesia, pada tiap tahunnya hanya ada 6.000 judul buku yang baru. Bandingkan dengan Malaysia yang bisa mencapai angka 10.000.
Mungkin, minat baca siswa di Indonesia masih kurang, karena kurangnya sarana membaca seperti perpustakaan. Jumlah perpustakaan yang layak pakai di Indonesia, hanya sedikit jumlahnya. Dan di Indonesia hanya ada dua perpustakaan yang tergolong lengkap, besar, dan memenuhi syarat yaitu Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Yayasan Hatta di Yogyakarta. Perpustakaan Yayasan Hatta misalnya, koleksi buku yang ada disana awalnya berjumlah 410.147, namun kini telah menyusut 40% karena buku- buku tersebut ada yang tidak dikembalikan.
Sementara itu, mengutip tulisan Drs. H. Athaillah Baderi, seorang pustakawan di Perpustakaan Nasional RI yang mengatakan bahwa dalam studi yang dilakukan oleh International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 untuk mengukur kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30. Mrnyedihkan memang melihat angka- angka yang tertera dari hasil penelitian tersebut.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan minat baca, antara lain dengan menetapkan jam wajib baca di tiap keluarga atau membuat perpustakaan sederhana di rumah, hal ini dapat membiasakan anak- anak untuk mulai membaca buku, karena kebiasaan membaca memang sebaiknya dimulai sejak dini. Selain itu ada perlunya juga jika sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan membaca misalnya seperti perpustakaan di sekolah- sekolah maupun kampus dibuat senyaman mungkin agar dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk membaca. Pemerintah Indonesia bersama LSM peduli kegemaran membaca juga pernah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (GPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orang tua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, desa, hingga tingkat nasional.

CARA JITU UNTUK BERBAIKAN DAN BERMAAFAN

Oleh: Wahyu Yuliastuti W.


  1. Pikirkan baik-baik kejadian yang sudah terjadi. Jika itu memang kesalahanmu, jangan malu untuk meminta maaf. Jika itu bukan kesalahanmu, jangan sungkan untuk memaafkan.
  2. Cari pandangan orang ketiga tentang masalahmu.
  3. Jika masih sulit untukmu memulai pembicaraan dengannya, mulailah dengan menulis surat, sms, email dan sebagainya mengenai apa yang kamu rasakan.
  4. Lempar senyum dan sapalah orang yang sedang bermasalah denganmuJ
  5. Beri dia kado yang menggambarkan penyesalanmu atas apa yang telah terjadi.
  6. Pikirkan semua kebaikan yang telah dia lakukan buat kamu dan pikirkan juga kenangan-kenagan indah diantara kalian. Dengan melakukan hal ini akan mempermudah kamu untuk bermaafan.
  7. Duduklah disebelahnya dan mulailah dengan pembicaraan yang ringan dan menyenangkan, dan katakan bahwa kamu tidak bisa bertengkar terus dengannya.

Selasa, Juni 08, 2010

Posisi dan Kegunaan Radio Mahasiswa dalam Peta Masyarakat

Radio, apa yang ada di dalam benak kita ketika kita mendengar kata radio? Ada yang berkata radio adalah sebuah media penyebar informasi yang berupa siaran dengan mengandalkan media audio atau suara. Ada yang mengatakan bahwa radio adalah sebuah media tempat mencari hiburan ketika kita sedang santai dan tidak ingin berpikir berat seusai kita berpenat ria dengan pekerjaan, tugas kuliah, dan lain sebagainya. Ada yang berkata bahwa radio merupakan alat penyebar informasi yang paling baik dan paling efekitf , karena dengan radio masing-masing personal akan menciptakan theatre in mind mereka sendiri.
Dari beberapa pendapat masyarakat diatas terdapat perbedaan tentang dimana posisi radio di tengah-tengah masyarakat itu. Lalu di mana dan bagaimanakah letak radio dalam peta masyarakat sekarang ini? Jikalau berbicara mengenai masalah efektifitas dari penyampaian pesan dan efeknya terhadap masyarakat maka itu sebenarnya tidak bisa dijadikan sebuah ukuran. Karena dalam komunikasi massa dikemukakan bahwa siaran-siaran di radio bukan merupakan proses dari sebuah pengiriman pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Namun lebih mengarah kepada pemberian makna sebuah pesan oleh komunikan. Jadi bisa dikatakan bahwa bagaimana kedudukan radio dalam masyarakat itu bergantung pada bagaimana tiap-tiap personal memaknai radio dalam kehidupan mereka, entah itu sebagai sebuah media hiburan ataukah sebuah media mancari berita.
Lalu bagaimanakah penggunaan salah satu media penyampai informasi yang pernah booming dan memiliki peran penting dalam dunia sekarang ini? Media yang dulu pernah berjasa membantu pemuda-pemuda kita dalam merebut dan mempertahan kemerdekaan ini sangatlah penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat yang minim sekali alat penyampai informasi kala itu. Dengan radio pula kita dapat mengetahui bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu sehingga kita mampu mendeklarasikan kemerdekaan kita. Dahulu Radio juga menjadi salah satu alat untuk mengontrol pemerintah dan sebagai alat pengobar semangat bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk tetap berjuang.
Namun, sekarang ini radio agak meredup "kesaktiannya". Radio sudah dianggap kuno dan kalah dengan media-media lainnya. Radio sudah tidak terlalu populer. Alih-alih mendengarkan siaran radio orang zaman sekarang lebih suka melihat televisi atau membaca koran. Bahkan keberadaan internet seolah-olah menambah satyu "musuh" lagi bagi radio.
Seharusnya radio bisa dimanfaatkan lebih optimal lagi. Bagaimanapun juga radio pernah berjasa dalam dunia informasi. Atau mungkin ada pembagian segmen sehingga para pendengar tidak lari beralih kepada media yang lain.
Setelah membahas bagaimanakah hakikat, posisi, dan radio konvesional secara umum, akan dibahas sebuah radio yang pada awal kemunculannya sempat dianggap sebagai radio atau "suara dari antah berantah", radio mahasiswa. Radio yang semenjak berakhirnya masa orde baru mulai ramai bergema dan memadati frekuensi-frekuensi radio, contohnya FIESTA FM milik FISIP UNS Surakarta, FAPMA UMS, Rasida FM UIN Kalijaga Jogja, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1998 banyak yang menyambut gembira dengan lahirnya radio-radio mahasiswa ini. Banyak mereka yang membuka tangan untuk radio-radio ini karena: satu, dengan lahirnya radio mahasiswa, semakin mengukuhkan terbukanya frekuensi ruang publik. Dua, mempercepat pemulihan reputasi buruk radio yang dahulu digunakan sebagai propaganda politik.
Selain dua hal diatas terdapat keuntungan-keuntungan lain yang diraih oleh banyak pihak. Disamping sebagai alat promosi kampus, radio mahasiswa juga berperan sebagai tempat yang pas untuk pengkaderan mahasiswa di bidang broadcasting untuk menjadi aktivis media profesional.

Yavis Nuruzzaman
Ilmu Komunikasi
FISIP UNS