Kamis, Oktober 13, 2011

Ada Monster di Perut Pacarku


Ia menangis. Menangis sesenggukan. Menandingi suara hujan deras sore ini. Menyaingi gelegar petir-petir kecil. Tidak memekakkan tetapi cukup memilukan. Sama pilunya dengan perasaanku detik ini. Menyaksikan gadisku menangis. Padahal di luar suara anak-anak bahagia, ramai bermain hujan, berkecipakan berlari diantara genangan air.
Kutatap gadisku. Berkali-kali dihapus air matanya dengan punggung tangannya yang lentik. Tangan yang selama ini selalu mengusap lembut pundakku. Tangan yang selalu menggenggam jemariku, seolah ia tak butuh pegangan lain. Tangan yang setia menepukku dengan sayang ketika aku melakukan kelalaian. Tangan indah dari Tuhan.

KAMPANYE SEBAGAI WUJUD IKLAN POLITIK TERKAIT MUTU REALITAS ATAUKAH SEKEDAR IDEALISME?


Oleh: Rhesa Zuhriya B. P.

Segala sesuatu tidak akan didapat dengan begitu mudahnya tanpa adanya kekuasaan dan kewenangan. Kekuasaan dalam konteksnya mampu memberikan sebuah keleluasaan yang penuh dalam mengembangkan kemauan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Terlebih lagi, apabila hal ini berkutat dalam bidang politik yang notabene sangat berkaitan erat dengan apa yang disebut kekuasaan.
Terkait dengan gejala di atas, politik bukan hanya menciptakan tokoh-tokoh yang memiliki kekuasaan dan kewenangan, tetapi juga menawarkan adanya kelebihan yang memang lebih menjanjikan guna menjamin kehidupan yang lebih baik bagi pelakunya—tak terkecuali adanya kelebihan dalam bidang ekonomi atau finansial. Terlepas dari hal itu, tentunya penawaran ini bukan hanya menjadi suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai, tetapi justru memicu adanya persaingan yang dilancarkan dalam mencapai keinginan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan guna mencapai penawaran ini adalah dengan menjadi sosok ataupun figur dalam dunia politik yang mampu mengumpulkan berbagai dukungan dan simpati dari rakyat. Untuk itu, diperlukan pula metode, instrumen, maupun strategi dalam menampilkan dan memperjuangkan idealisme serta prinsip yang dianut, yaitu kampanye.

Senin, Juni 13, 2011

Aku

oleh: GALUH PANCAWATI

Aku menginginkan apa yang tak seharusnya, 
aku berharap terlalu tinggi dan entah mengapa aku tak bisa menghentikan mimpi-mimpi yang berkeliaran bebas di otakku,
mereka bersekutu dengan lemahnya hatiku, memberontak lepas melawan kewarasan pikir dan raga. 

Aku hanya bisa menertawai diriku yang konyol ini, 
aku hanya berharap aku bisa kembali bangun dari tidurku 
dengan bunga mimpi yang begitu melenakan ini.. 

Aku mengasihani diriku sendiri, menerawang sepi, 
apa yang membuatku bisa segila ini. 
Aku melupakan kewarasan, 
aku menghilang dari realita hidup yang jauh dari apa yang aku impikan. 

Panggil aku si pengkhayal yang punya sejuta mimpi, 
panggil aku pemimpi yang menghabiskan tahunan hidupku untuk menggapainya 
dan tak ada yang bisa aku sentuh, satu inci pun, 
aku tidak bisa lebih dekat dengannya. 

Panggil aku manusia yang tak tahu malu kepada Tuhannya, 
panggil aku manusia yang tak tau cara berterimakasih dengan apa yang telah Tuhan beri.


gambar dari sini