Ia menangis. Menangis sesenggukan. Menandingi suara hujan deras sore ini. Menyaingi gelegar petir-petir kecil. Tidak memekakkan tetapi cukup memilukan. Sama pilunya dengan perasaanku detik ini. Menyaksikan gadisku menangis. Padahal di luar suara anak-anak bahagia, ramai bermain hujan, berkecipakan berlari diantara genangan air.
Kutatap gadisku. Berkali-kali dihapus air matanya dengan punggung tangannya yang lentik. Tangan yang selama ini selalu mengusap lembut pundakku. Tangan yang selalu menggenggam jemariku, seolah ia tak butuh pegangan lain. Tangan yang setia menepukku dengan sayang ketika aku melakukan kelalaian. Tangan indah dari Tuhan.