Reinkarnasi,
kalau kata om Wiki (Wikipedia) adalah terlahir kembali atau merujuk kepada
kepercayaan bahwa seseorang itu nantinya pasti mati dan dilahirkan kembali,
namun dalam bentuk kehidupan lain. Yang dimaksud dengan ‘terlahir kembali’ disini
bukan dalam bentuk kasat mata (fisik) melainkan jiwa orang yang mati tersebut dan
kemudian mengambil tubuh/jasad/wujud tertentu dengan hasil perbuatannya
terdahulu. Penjelasan om Wiki lebih lanjut adalah bagian dari proses
reinkarnasi yang ternyata jiwa orang yang mati dan telah “berpindah tubuh”
membawa hasil perbuatan dari kehidupannya yang terdahulu yang nantinya akan
menentukan nasibnya kelak, baik atau buruk. Dan jiwa tersebut anehnya tidak
akan mengingat apa yang dulu dia pernah lakukan, semacam amnesia, agar tidak
mengenang duka dia yang bertumpuk-tumpuk di masa lampau. Lebih anehnya lagi,
jiwa tadi sebelum bereinkarnasi, biasanya mampir dulu ke surge atau neraka.
Baru bisa bereinkarnasi.
Sebenarnya,
jika ditelaah lebih lanjut, reinkarnasi sudah berjalan ditengah-tengah
kehidupan manusia, secara nyata. Kalau masalah jiwa seseorang yang
bereinkarnasi, hanya Allah dan yang bereinkarnasi yang tahu, tapi yang dimaksud
disini dari segi lingkungan sekitar manusia itu sendiri. Contoh kecilnya adalah
fashion. Orang-orang yang disebut gaul mulai terlihat sedikit berbau jadul.
Dandanan dari rambut sampai ke alas kaki menyerupai model jaman dahulu. Dan
contoh paling ekstrem adalah terror yang sekarang ini sedang hot-hot-nya
diberitakan di kota Solo. Kota yang lebih dikenal dengan semboyan Solo, the spirit of Java ini sudah lama
merasakan damai tanpa teror. Berita terakhir sebelum teror sekarang yang
terdengar memang sangat ekstrem, teroris yang memakai bom sebagai senjata
andalannya dalam meneror. Setelah lama tak terdengar, kini ia meneror lagi dan
‘turun kasta’ dengan hanya menggunakan senjata api sebagai senjata andalannya.
Tapi sasarannya lebih menyempit, bukan masyarakat biasa, melainkan polisi dan
telah memakan korban. Awalnya tersiar kabar kalau pos polisi yang berada di
daerah Beteng di granat dan terdengar suara tembakan. Itu aksi teror yang
paling nekat karena dilakukan pada saat-saat suasana lebaran masih kental
terasa. Lalu aksi selanjutnya, memakan korban lagi dan lagi. Saat penyergapan
pun juga, anggota densus 88. Entah apa yang terpikirkan oleh para pelaku teror
ini. Menggunakan aksi lama namun dengan cara yang baru. Entah mereka bangga
karena merasa berhasil membangkitkan ketakutan masyarakat, atau memang ada
motif terselubung di balik itu semua, hanya pelaku yang saat ini mengetahui apa
maksudnya dan siapa dalang dibalik itu semua. Tugas masyarakat saat ini adalah
merasa tidak takut, hanya perlu berhati-hati karena aksi tersebut tidak akan
pernah mati total, terus bereinkarnasi, entah itu dengan orang dan maksud yang
sama atau tidak. Teror meneror bukanlah selalu terkait dengan hal-hal berbau
agama, bisa saja dilakukan oleh orang yang ingin membalas dendam dan mengecoh
aksinya dengan berdalih terdapat maksud tertentu atau memang hanya iseng yang
dilakukan secara berlebihan. Dan yang terpenting dihadapi dengan kepala dingin
agar tidak gampang menuduh hal lain yang belum pasti kabarnya. Apalagi teror
ini dilakukan pada saat sang walikota Solo itu sendiri sedang mencari peruntungan
di kota lain, kota yang kata orang lebih kejam daripada ibu tiri, Jakardha.
Tidak ada yang salah jika dia memimpin kota lain disaat masa jabatannya masih
tersisa sekitar tiga tahun-an lagi. Karena jika memang masyarakat memandang gawean Jokowi berhasil meningkatkan kota
yang dipimpinnya menjadi lebih baik, mengapa tidak mencoba dengan kota
lain?kota yang selama ini dianggap pusat kemacetan, pusat tempat peraduan
nasib, sang ibu kota. Berpolitik di jaman sekarang memang harus mengerti apa
resiko yang dihadapinya nanti, apalagi soal menyoal memimpin daerah. Bisa jadi
nyawa taruhannya jika sang lawan main tidak kenal kata ‘kalah’,cara apapun bisa
dianggap halal. Segala hal hampir bisa bereinkarnasi, entah nantinya memakai
topeng berkualitas atau tidak memakai topeng sama sekali. Entah nantinya
membawa nasib sial dari apa yang mereka dulu pernah lakukan atau bahkan
sebaliknya. Hanya Tuhan yang merencanakan. Karena manusia hanyalah bidak catur
yang dimainkan Tuhan, tanpa lawan main.
2 komentar:
2BIShalo, wah update lagi
sedikit masukan, itu tulisannya bikin capek di mata, satu paragraf panjang banget
mending dipecah jadi beberapaparagraf, biar dilihatnya juga lebih menarik, kasih ilustrasi juga kalo bisa.
btw, ini yang nulis siapa?
ayo semangat nulisnya.... :D
Posting Komentar