by: Santoso
Ketika
bulan ramadhan telah tiba, yang ada di pikiran kita adalah bulan yang
dinantikan oleh seluruh umat Islam di dunia, termasuk Indonesia yang merupakan
Negara dengan penduduk muslim terbesar. Tidak terasa, bulan yang suci ini telah
berlalu selama hampir lebih sepekan. Tubuh sudah sangat beradaptasi dengan
kondisi yang memang menuntut kondisi fisik prima( walaupun kondisi rohani
sekarang lebih memegang peraan). Tapi ternyata itu Cuma ada di pikiran kita,
masih terngiang dalam benak kita bahwa bangsa kita masih disibukan oleh hal –
hal cekeremes dalam menyambutnya bulan suci ini. Perbedaan penentuan awal puasa
telah menyedot perhatian kita yang luar biasa sebagai ujian awal, karena masing
– masing pihak mengklaim bahwa mereka punya pijakan yang kuat ( karena memang
demikian). Dengan toleransi yang tinggi sebenarnya bukan masalah yang besar,
tetapi memang kita lebih senang melihat semut seolah – olah gajah yang besar.
Ujian yang kedua adalah media, baik cetak ataupun elektronik. Ketika berpuasa,
kita sebenarnya dianjurkan untuk memperbanyak amalan – amalan ibadah seperti
membaca Al Quran, sholat – sholat sunah, bersedekah,dsb karena Allah menjanjikan pahala yang berlipat
– lipat dibanding dengan bulan – bulan yang lain. Bahkan, tidurnya orang
berpuasa pun dihitung sebagai ibadah. Subhanallah.. tetapi, itu semua seolah disilaukan oleh kehadiran
televisi yang menayangkan acara dikemas dengan penuh makna agamis, membuat para
pemirsa betah” beribadah“ berada di depan layar televisi. Selain televise, yang
tak kalah halus adalah serangan dari berbagai jejaring social di internet,
terutama bagi kalangan muda – mudi kita. Mereka dapat siaga sepanjang waktu
dengan alat perang yang telah mereka siapkan yaitu laptop dan modem.
Serangan paling dahsyat tentu saja
dari berbagai pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan baik
makanan, hiburan, ataupun juga pakain yang kita kenakan. Dengan dalih menyambut
hari kemenangan, pusat perbelanjaan berlomba – lomba memberikan diskon besar –
besaran kepada para pengunjung bahkan ada yang sampai tengah malam. Tidak
heran, ketika bulan ramadhan, pola konsumsi kita justru semakin meningkat. Tak
mau ketinggalan, sepeda motor juga harus inden berbulan – bulan sebelum dapat
dimiliki. Padahal, sudah jelas bahwa bulan ramadahan ini seharusnya melatih
kita untuk dapat merasakan penderitaan saudara – saudara kita yang hidup dalam
kekurangan, melatih kesabaran dengan menahan hawa nafsu selama lebih kurang 14
jam, hidup teratur dengan makan tepat waktu, memanfaatkan setiap detik dalam
kita sebagai ibadah. Semoga setiap godaan yang ada di bulan suci ini menjadikan
kita kuat, dan keberkahan ramadhan ini
dapat membawa kita sebagai orang – orang yang dapat menyentuh jiwa menyambut
Idul Fitri yang penuh makna seperti yang dituturkan oleh Bunda Teresa dalam
buku Zona Ikhlas oleh Erbe Sentanu. “ Perhatikan bagaimana alam – pepohonan,
bunga, rumput – tumbuh dalam keheningan: perhatikan bagaimana bintang
gemintang, rembulan, dan matahari, bagaimana mereka bergerak dalam keheningan..
kita memerlukan keheningan untuk dapat menyentuh jiwa”. Marhaban ya Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar