“Gara-gara aku,
kamu jadi tidur, lama dan tak pernah bangun kembali, maafin aku llut...” Batin
Vinka sesaat sebelum pingsan karena mendengar perkataan dokter bahwa sahabatnya
Chillut telah meninggal dunia.
***
Di
pemakaman.
Air mata Vinka terus menetes di
gundukan tanah merah itu, punggungnya berguncang karena isak tangisnya yang
keras. Vinka terlalu muda untuk kehilangan seorang sahabat, apalagi sahabat itu
rela mati untuk menyelamatkannya.
Sebuah kecelakaan tragis
merenggut nyawa Chillut atau Chilla Putri Atmanegara. Chilla dan Vinka baru
saja lulus SD, hal ini membuat Vinka mengalami jatuh mental, dia selalu
menyalahkan kematian sahabatnya itu karena dirinya. Dia menjadi pribadi yang
sangat tertutup. Namun Vinka tetap anak yang baik dan penurut, dia hanya tak
ingin membuat sahabatnya yang sudah tiada itu merasa dilupakan. Oleh karena itu
dia menjadi orang yang tertutup dan kesepian agar sahabatnya di alam sana tidak
merasa sendiri menghadapi kesendiriannya. Sampai pada suatu waktu...
***
“Istirahaaat di
tempaaat!!!GRAKK!!” Seruan sang pemimpin upacara Senin pagi itu. Para peserta
upacarapun seketika terdiam. Dipandangnya sosok yang berada di mimbar upacara
itu dengan penuh antusias. Dirabanya saku depan bajunya dan dikeluarkan sebuah
kertas. Beliau kemudian membuka kertas yang terlipat itu dan mulai membuka
suara.
“Assalamu’alaikum
Warrahmatullahiwabarakatuh,..selamat pagi sekalian, salam sejahtera bagi kita
semua.” Kepala sekolah memberikan jeda agar para peserta upacara dapat membalas
salamnya.
“Hari ini bapak akan memberikan
beberapa pengumuman penting untuk kita, salah satunya adalah yang berkaitan
dengan siswa kelas tiga. Pengumuman pertama, selamat atas Tim Basket SMA kita
yang mendapatkan gelar juara pertama di Laga SMASA CUP 2011,” sontak para siswa
bertepuk tangan meriah sambil berteriak gembira. “Yang kedua, les harian dalam
rangka mempersiapkan UN untuk kelas tiga dimulai pada minggu besok, Kemudian
yang ketiga, UN dilaksanakan mulai tanggal 18 April 2011 hingga 21 April 2011,
informasi selengkapnya akan diberikan pada sosialisasi UN 2011 besok. Tadi
adalah beberapa informasi yang penting bagi sekolah kita, terimakasih atas
perhatiannya, Wassalamu’alaikum Warrahmatullahiwabarakatuh...” kepala sekolah
mengakhiri pembicaraannya di mimbar. Tak lama kemudian, upacara selesai dan
pasukan dibubarkan.
Dari SMP sampai SMA Vinka tidak
pernah punya teman dekat. Semua yang kenal dengan Vinka pasti tahu tentang
kisahnya dengan sahabatnya, Chillut, jadi siapapun yang dekat dengan Vinka agak
sedikit kaku karena peristiwa itu. Namun ada seorang teman yang sangat menyukai
Vinka dan ingin sekali dekat dengannya, namanya Guntur. Guntur Cuma seorang
murid SMA yang sederhana, bahkan saking sederhananya, tiap kali pulang sekolah
dia harus membantu ekonomi keluarga dengan menjadi karyawan sebuah toko
elektronik. Dia merasa kasihan dengan Vinka yang selalu sendirian, namun
dibalik rasa kasihannya itu Guntur adalah orang yang tulus kepada setiap
temannya. Guntur satu-satunya teman yang suka menyapa Vinka, selalu duduk
dibelakang Vinka di kelas, mengajaknya bicara walaupun pada akhirnya hanya
dibalas dengan sikap judesnya. Tapi Guntur tidak pernah putus asa untuk menjadi
teman Vinka.
Mereka sekarang sudah kelas tiga
SMA, kurang beberapa bulan lagi mereka akan melaksanakan Ujian Nasional, namun
Guntur terkenal lambat dalam menerima pelajaran hal ini dikarenakan
konsentrasinya yang terbelah dua antara belajar dan membantu keluarga. Nilai
ulangannya selalu jeblok dan tak pernah mengalami peningkatan. Satu-satunya hal
yang membuatnya bersemangat adalah pelajaran olahraga dan obsesinya untuk jadi
teman Vinka yang makin sulit tapi makin menantang. Hari ini sekolah pulang
cepat karena ada persiapan untuk rapat komite. Karena jarang sekali ada libur
mendadak, semua siswa pulang dengan tenang dan beristirahat di rumah.
***
Malam itu Vinka tidur lebih awal
karena dia merasa lelah belajar seharian. Vinka merasa ada yang aneh malam itu,
tidak seperti biasanya, malam itu terasa tenang sehingga Vinka terlelap cepat.
Dalam tidurnya Vinka mendapatkan sebuah mimpi. Mimpi itu terasa sangat nyata
bagi Vinka, sungguh tak terduga, pada mimpi itu dia bertemu dengan Chillut.
Dalam mimpinya dia berubah menjadi dirinya semasa kelas 6 SD lagi, dalam
mimpinya Vinka berjalan lurus menuju matahari terbenam yang menyilaukan sebuah
ayunan didepannya, namun, semakin mendekat ternyata di ayunan itu ada seorang
gadis yang bertubuh seukuran dengannya yang tak lain adalah Chillut. Vinka
sangat senang bisa bertemu sahabat kecilnya itu.
“Pinkaaa!!!” Sapa Chillut.
“Chillut, ini beneran kamu lut?”
Tanya Vinka tak percaya.
“Iya, ini aku. Kata Chillut
ceria.” Mereka berpelukan dan terlihat menukar posisi. Sekarang gantian Vinka
yang berada di papan ayunan dan Chillut mendorongnya dari belakang.
“Kenapa baru sekarang
menjumpaiku lut?” Tanya Vinka sedih.
“Oh,itu...gak kenapa-kenapa,
cuma pingin ngetes kamu aja, kira-kira kamu masih inget gak sama aku kalau kita
lama gak jumpa.” Kata Chillut.
“Gimana aku bisa nglupain kamu
llut, kamu tuh sahabat sekaligus penyelamatku, tapi waktu itu kamu gak perlu
nyelamatin aku llut,kalau akhirnya jadi seperti ini, kamu malah pergi dan aku
sendirian di dunia itu.” Kata Vinka
“Pin, udahlah, aku ini sahabat
kamu, udah sewajarnya sebagai sahabat rela berkorban demi sahabatnya, dan inget
kamu gak perlu jadi seperti sekarang ini,menutup diri dan menghindar dari
teman-temanmu.” Kata Chillut.
“Itu karena aku takut llut, aku
takut punya teman sebaik kamu lagi, tapi malah aku yang nyakitin mereka, sama
seperti aku nyakitin kamu.” Kata Vinka lirih.
“Hei, kata siapa aku tersakiti,
justru aku bangga bisa menyelamatkan sahabatku, malaikat disini juga bilang aku
orang baik, aku bisa masuk surga katanya, karena aku tulus Vin, aku sayang kamu.
Pliss, kamu nikmati masa remaja kamu, cari teman sebanyak-banyaknya, buat
dirimu bahagia, buat orang tuamu bahagia, dan jadilah seseorang yang bisa
mengubah dunia.” Kata Chillut pelan. Vinka hanya membalas perkataan itu dengan
tatapan kosong. Ayunan itu kini semakin pelan dan kehadiran Chillut sudah tidak
terasa.
“Llut, trus aku harus gimana?”
Tanya Vinka. Tiba-tiba ada suara menggema di langit.
“Kamu cuma hidup satu kali
Vin,aku gak ingin sahabat yang aku sayangi menderita karena aku, hiduplah
seperti anak-anak yang lain, jangan terlalu larut dalam kesedihan, kamu udah
lihat kan, aku disini baik-baik saja. Ini jadi gak adil ketika disini aku
bahagia namun di kenyataan kamu selalu bersedih. Vinka aku sayang
kamu,..jadilah gadis yang ceria.” Kata Chillut, nya semakin memudar menggantung
di langit senja itu. Vinka merasa terharu dengan pertemuan ini dan ia menangis
dalam mimpi serta kenyataannya.
Hari ini adalah hari ketiga
setelah mimpi Vinka. Vinka masih bingung harus bagaimana dengan teman-temannya.
Dalam lamunannya saat berlari Vinka tak tahu bahwa ia sedang diteriaki oleh
teman-temannya.
“Vinkaa!!!awas bola!!! teriak
teman-temannya.” Vinka baru tersadar dari lamunannya namun saat ia menoleh ke
arah datangnya bola. Bola itu lebih dahulu mengenai dahinya. Karena bola itu
datang sangat cepat dan berbenturan keras, Vinka pingsan dan dibawa ke UKS.
Guntur dan Bella tertinggal di UKS, mereka menunggu temannya itu sadar dan tak
lama kemudian Vinka siuman.
“Ambilin teh anget Bel.” Kata
Guntur.
“Okeh, tunggu sebentar ya Vin,
Gun.” Kata Bella. Bella kemudian pergi.
“Aku ambilin minyak angin ya
Vin.” Kata Guntur
“Tunggu Gun,” Vinka bangun dan
berusaha duduk.
“Ada apa Vin?” Tanya Guntur agak
kaget karena baru pertama kali Vinka mengajaknya bicara.
“Ehmm,..kamu mau gak jadi
temenku?” Tanya Vinka mantap.
“Maksudnya Vin?” Tanya Guntur
bingung.
“Iyaa,...jadi temanku, selama
ini kan aku gak punya teman.” Kata vinka
“Gak kamu minta pun aku sudah
jadi temanmu selama ini Vin.” Guntur menambahkan.
“Jujur, tadi aku mengharap lebih
lho Vin! Haha!” Canda Guntur.
“Lebih? Maksudnya gimana?” Tanya
Vinka
“Kamu gak ngerti?” Tanya Guntur
dan Vinka menggeleng. “Ya udah deh kalo gitu, kita temenan aja yha! Haha.”
Tambah Guntur.
***
Setelah permintaan pertemanan
itu Guntur dan Vinka menjadi teman akrab, keduanya melewati hari demi hari
dengan kegiatan yang sangat banyak, mulai dari les, try out dan ujian-ujian
masuk perguruan tinggi. Vinka selalu mengajari Guntur tentang mata pelajaran di
sekolah, kadang dia juga ikut membantu Guntur menjaga toko sambil belajar juga.
Vinka juga sudah kenal dengan orang tua Guntur dan adik-adiknya yang banyak
yang menyebabkan Guntur harus bekerja keras selama ini. Vinka merasa kasihan
dengan keadaan ekonomi Guntur dan meminta orang tuanya untuk memperkerjakan orang
tua Guntur di pabrik milik orang tua Vinka. Kehidupan Guntur mulai stabil, dia
tidak perlu bekerja lagi di toko karena penghasilan orang tua sudah cukup untuk
kehidupan sehari-hari. Karena Guntur sebenarnya anak yang rajin, prestasinya di
kelas mulai diperhitungkan. Kini dia belajar karena dia sadar bahwa itu adalah
kewajibannya sebagai seorang murid, jadi Vinka tidak perlu memaksanya untuk
belajar bersama. Sama halnya dengan Vinka, lambat laut kehidupan remajanya yang
dulu kosong mulai terisi. Satu persatu teman-teman dikelasnya kini mengenal
Vinka dengan baik, karena Vinka sebenarnya memang anak yang baik hati. Kini perjuangan
mereka untuk menembus ujian nasional kian mendekat dan mereka harus bekerja
keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
5 bulan berlalu sampailah mereka
pada puncak kehidupan di bangku SMA, 18 April 2011, hari pertama Ujian
Nasional. Sekolah sangat tenang hari itu begitu juga dengan tiga hari
berikutnya, kini perjuangan mereka telah dilaksanakan tinggal menunggu
pengumunan hasil Ujian Nasional. Satu bulan berlalu, SMA Vinka lulus 100
persen. Rata-rata nilai Guntur juga mengejutkan guru-guru disana. Atmosfir
bahagia ini tidak akan pernah dilupakan sampai kapan pun, perjuangan dan kerja
keras Guntur akhirnya terbalas dan semua ini berkat Vinka.
Satu hari sebelum acara perpisahan
di SMA nya Vinka bermimpi lagi bertemu dengan Chillut. Kali ini mimpi Vinka
tanpa diselingi dialog apapun. Vinka bertemu Chillut di suatu taman, kemudian
Chillut membawanya berlari menuju matahari terbenam. Tak peduli apa makna dari
mimpi itu, di hari yang sangat ditunggu-tunggu siswa kelas tiga ini, Vinka
berangkat dengan semangat. Hari ini dia dijemput sahabatnya Guntur ke gedung
diselenggarakannya acara perpisahan itu. Guntur membawa sepeda mini ibunya untuk
memboncengkan Vinka. Jalanan tidak begitu ramai hari itu dan gedung yang dituju
juga tidak terlalu jauh. Dalam perjalanan itu mereka sempat mengobrol.
“Vin, apa sih yang membuat kamu
berubah secara tiba setelah pingsan dulu?” Tanya Guntur mendahului.
“Oh itu, tiga hari sebelum
kejadian itu aku mimpi ketemu sahabatku Chillut yang sudah meninggal, dia
bilang aku harus berubah, karena di dunianya Chillut baik-baik saja dan
bahagia, dan aku harus merasa bahagia juga disini. Dia bilang, aku harus bisa
mengubah dunia, tapi itu sulit, emangnya aku ini superhero atau ilmuan, hanya
itu yang aku gak bisa lakuin, mengubah dunia.” Kata Vinka.
“Oh, ternyata karena itu, terimakasih
ya sahabatnya Vinka, gara-gara kamu Vinka mau bicara sama aku dan jadi deket
seperti ini, kekeke.” Canda Guntur
“Hiii,...apaan sih,...biasa aja
dong!” Balas Vinka.
Beberapa saat kemudian mereka
sampai ke gedung yang dituju. Acara perpisahan berlangsung sangat meriah dan
mengharukan. Acara selesai dan para siswa keluar ruangan untuk foto bersama dan
pulang. Vinka terlihat sedang menunggu Guntur di tepi jalan. Pada saat itu
Vinka melihat ada seorang anak kecil yang akan menyeberang jalan namun di
sebelah kanannya melaju mobil yang sangat kencang, dengan refleks Vinka berlari
untuk menyelamatkan anak kecil itu,beruntung mobil itu bisa menghindar, namun
naas, tidak dengan mobil dibelakang mobil pertama, mobil itu terlalu kaget
untuk berhenti dan jadilah Vinka tertabrak mobil namun untung si anak kecil
tadi selamat karena Vinka sudah mendorongnya ke tepi jalan. Guntur yang baru
saja keluar dari gedung, melihat sendiri kejadian itu. Tubuh Vinka terguling di
kap mobil dan kepalanya jatuh membentur aspal sangat keras, darah bercucuran di
kepala Vinka, mobil yang menabrak Vinka bertanggung jawab dan membawanya ke
rumah sakit.
Empat jam setelah masuk ICU,
Vinka dikabarkan tewas. Dan sore harinya Vinka dimakamkan. Orang tua Vinka dan
Guntur amat sangat terpukul dengan peristiwa ini. Mungkin inilah jawaban
dibalik mimpi Vinka tentang Chillut. Pergi ke alam yang damai bersama-sama.
Di pemakaman
“Vin, maafin aku, sebagai teman
gak bisa menjagamu, aku menyesal Vin, tapi aku sangat bersyukur bisa mengenalmu
lebih dekat walaupun cuma sebentar,...sekarang aku tahu apa maksud Chillut
degan mengubah dunia. Kamu udah berhasil Vin, kamu telah mengubah satu dunia
jadi lebih baik, kamu tahu? Itu duniaku Vin, kamu telah membuat duniaku jadi
lebih baik. Makasih Vinka telah hadir dalam hidupku, aku akan melanjutkan
perjuanganmu yang telah mengubah hidup dan duniaku jadi lebih baik. Selamat
tinggal kawan, semoga kamu mendapatkan kedamaian di alam yang sana.”
Guntur pergi meninggalkan makam
Vinka dan menaruh buket bunga serta foto kelulusan mereka berdua. Meninggalkan
Vinka dalam damai, melangkah melawan arah matahari terbenam.
-
END -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar